Perjalanan kami mulai dari Sendang Beji Karang Patihan, kolam air yang telah banyak mengalami "perombakan" dari bentuk aslinya ini terdapat dua arca yang sudah dalam ke adaan rusak namun masih dapat di lihat bentuknya, dan juga miniatur rumah. menurut penuturan warga di sini dahulunya banyak terdapat arca-arca, namun ketika ramainya pengrusakan arca di dekade 1960-an, maka arca-arca di sini banyak yang di rusak dan juga di tenggelamkan dalam kolam. Beberapa arca yang dapat di "selamatkan" maka atas inisiatif warga sekitar sendiri maka arca itu di semen, supaya tidak "jatuh" dalam kolam lagi.
Tidak jauh dari Sendang Beji ke arah Barat ternyata kami menjumpai miniatur rumah yang bentuknya sama dengan yang berada di sendang beji, miniatu rumah ini oleh warga sekitar di sebut dengan watu joli. Watu Joli. dan sekarang berada di halaman rumah salah seorang seorang warga dan di beri cungkup kecil dan beratapkan genting.
Miniatur Rumah (watu Jolik)
Selain Watu Joli, ada juga ada juga batu patok, atau yang oleh warga sekitar di sebut "Mbah Ngreco". di namakan Mbah Ngreco,karena batu ini berlokasi di dusun Ngreco ds Karang Patihan yang tampaknya nama desa ini di ambil karena ada arca batu/reco di dusun ini.
Situs Mbah Ngreco
Dari mbah Ngreco kami tertarik kepada sebuah bukit yang di sebut Rajag Wesi, tanpa sengaja ketika berjalan dan beristirahat untuk melepas lelah mata kami tertuju ke sebuah rerimbunan semak yang aneh. setelah kami coba bersihkan ternyata di situ ada batu bermotif Padmasana yang terpendam setengah badannya dalam tanah. Namun sayang batu ini patah, dan hanya menyisakan dasarnya saja. Nampaknya bukit ini pernah mengalami longsor, yang menyebabkan rusaknya fragmen arca yang berada di atasnya.
Potongan Lapik Arca di atas Bukit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar